Di sekitar kita ada anak-anak yatim yang seharusnya menikmati masa kecil dengan belajar dan bercanda bersama teman-temannya. Namun, kenyataannya berbeda. Mereka harus memikul beban hidup lebih awal bekerja mencari nafkah demi bisa membeli buku, seragam, dan membayar biaya sekolah bahkan tak jarang mereka menjadi tulang punggung keluarga.
Isnaini Nurpansa (12 tahun). Isnaini adalah seorang anak yatim yang kini duduk dibangku kelas 1 sekolah menengah pertama. Sepulang sekolah Isnaini langsung menjajakan kerupuk Elod dengan menggunakan tampan bambu lalu berkeliling disekitar lingkungan rumahnya. Teriknya matahari dan panasnya aspal tak menjadi penghalang untuk Isnaini melangkahkan kakinya. Setiap orang yang ditemuinya ditawari kerupuk elod dagangannya. Laku tak laku Isnaini jalani agar bisa mendapatkan uang walaupun hanya 5 ribu.
Aura anak usia 12 tahun yang saat ini tinggal bersama kakeknya di kontrakan 3x4. Aura membantu sang kakek dengan berjualan keripik dan cemilan sejenisnya ditempat kakek menjadi juru parkir, berharap ada orang baik yang mau membeli dagangannya untuk tambahan kebutuhan sekolah, karena seringkali kakek hanya membawa uang yang cukup untuk makan saja. Bingung Pak, harus bagaimana lagi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari parkiran kadang Kakek hanya dapat 7 ribu seharian juga. hanya cukup untuk beli makan berdua bersama Aura, belum kebutuhan sekolahnya... ~Ungkap kakek Ace dengan mata yang berkaca-kaca
Aura membantu semata-mata untuk meringankan sang kakek untuk tambah-tambah biaya kebutuhan sekolahnya walau tak banyak yang ia hasilkan dari berjualan, hanya mengambil untung 1,000 - 2,000 per bungkus jika terjual
Tita, Seorang anak 15 tahun yang sudah menjadi tulang punggu keluarga. Tita hanya tinggal berdua dengan sang nenek, karena ayah dan ibunya telah tiada. Dari SMP Tita berjibaku dan berpacu dengan waktu, siang ia harus sekolah sambil berjualan dan Malam hari ia perlu menyiapkan tugas serta membantu sang nenek menyiapkan jualannya untuk ia jual esok harinya di sekolah. Tak banyak yang bisa Ia jual, hanya Cireng yang bisa ia jual di sekolah dan jumlahnya pun tak banyak. Selain harus berjualan, tita juga harus merawat neneknya yang mengidap penyakit Gagal Jantung Kongestif atau CHF.
Bagi sebagian anak, sekolah adalah hal biasa. Tapi bagi anak yatim ini, sekolah adalah perjuangan yang tak mudah. Mereka harus mencari nafkah agar bisa membeli perlengkapan belajar dan membayar biaya sekolah.
Sahabat, Mari kita bantu agar pendidikan tidak lagi terasa berat bagi mereka karena masa depan mereka sedang menunggu uluran tangan kita.
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik